Oh, begini ya rasanya di posisi
mereka. Posisi di mana keadaan terjadi begitu sangat cepat hingga akhirnya
tidak mengerti, apakah itu hanya mimpi atau ilusi. Ya, beginilah rasanya
menjadi mereka. Saat mimpi yang pernah kita ucapkan bersama dan saat waktu demi
waktu kita lewati bersama, seketika hilang hanya dengan kata “ Demi Allah, aku
tidak mencintaimu.”. Maafkan aku, ketika aku pernah tertawa bahagia, ketika tau
kalian diperlakukan seperti itu dan sekarang aku merasakannya. Sungguh menyakitkan
ya? Semoga sekarang kalian diberikan kebahagiaan melebihi bahagia ku saat
bersamanya dan diberikan pengganti yang jauh lebih baik darinya. Aku yakin itu,
karena Allah sangat sayang sama kalian.
Pagi itu, seketika dada ku terasa
sangat sesak dan panas sekali, setelah membaca pesan singkat darimu. Berkali –
kali ku amati pesan singkat itu dan sesekali membuka mata lebar-lebar. “Inikah
pesan singkat dari nya, yang sudah beberapa hari ini memang tidak saya hubungi?”.
Apakah ini memang kehendakMu Ya Rabb, baru saja aku rasakan kehangatan dan
kenyamanan saat berada di sisi nya dan sekarang dirinya sudah pergi jauh, ya
tidak sejauh dunia dan kematian. Tetapi aku menganggap nya dia sudah pergi
sejauh itu. Pelupukku mulai panas dan tak kuasa menahan air mata, hingga
akhirnya “nyess” terasa sekali butiran butiran air mengalir di pipiku dan
pertahananku lumpuh juga. Hey, kau? Apakah kau tau, seketika badanku dingin dan
lemas. Ah, tidak perlu kau mengetahuinya, toh sekarang kau sudah tidak akan
pernah menerima aku.
Aku masih ingat, ketika kata demi
kata kita rangkai menjadi sebuah mimpi yang indah sekali bahkan menjadi
semnagatku untuk terus berada di sampingmu.
“Nanti kalau kita punya rumah,
kamar kita mau mas kasih warna senja.” Katamu seraya meneguk teh manis.
“Kenapa? Kok senja?” kataku.
“Kan kamu suka sekali dengan
senja nduk J.”
Sembari tersenyum dan memegang erat jemariku. Entah sampai sekarang aku masih
membayangkan senyumannya, hangat sekali. Ya aku suka cara senyuman nya dan
keberadaannya di sampingku, nyaman sekali (aku rindu).
Mungkin saat ini aku masih saja
memikirkanmu, bahkan masih saja menyelipkan namamu di setiap doa ku. Tapi selalu
saja, ketika aku berupaya untuk melupakanmu, kenangan itu terus menghampirinya
dan bahkan sangat tajam sekali, hingga aku meneteskan air mata ini berkali
kali. Bodoh ya aku, mengaharapkanmu (lagi) padahal jelas jelas kamu sudah tidak
mau berurusan dengan ku lagi dan tidak mau tau tentang diriku lagi. Sampai saat
ini.
Oh ya, kemarin entah dari mulut
siapa aku mendengarkan bahwa kamu sudah memiliki yang baru. Semoga, itu hanya
teman dekatmu. Aku tidak mau berasumsi bahwa itu kekasihmu yang baru. Tidak tidak,
karena aku tidak mau kata kata itu menyakitiku lagi. Meski sudah ku ikhlaskan,
tapi masih saja melewati pikiran ku.
Hey rindu, tetaplah di sini
bahkan sampai nanti. Aku akan tetap setia menantimu, menerimamu. Karena kau
akan tau, hanya aku tempatmu pulang saat kau mulai lelah dengan rutinitasmu dan
aku akan selalu menyediakan teh yang tidak terlalu manis untukmu. Dan aku tidak
akan membiarkan kaca mata mu masih terpasang saat kau tertidur apalagi jam
tangan yang selalu terikat di tanganmu.
Untukmu yang bermimpi untuk
memiliki rumah dengan ku tidak luas tetapi penuh makna
Dengan kamar kecil untuk
perpustkaan dan kamar kecil untuk mengajar
Apalagi dengan dekoran kamar kita
nanti “Senja”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar