Kamis, 26 Maret 2015

Kamar Senja "Mas Ndo"


Oh, begini ya rasanya di posisi mereka. Posisi di mana keadaan terjadi begitu sangat cepat hingga akhirnya tidak mengerti, apakah itu hanya mimpi atau ilusi. Ya, beginilah rasanya menjadi mereka. Saat mimpi yang pernah kita ucapkan bersama dan saat waktu demi waktu kita lewati bersama, seketika hilang hanya dengan kata “ Demi Allah, aku tidak mencintaimu.”. Maafkan aku, ketika aku pernah tertawa bahagia, ketika tau kalian diperlakukan seperti itu dan sekarang aku merasakannya. Sungguh menyakitkan ya? Semoga sekarang kalian diberikan kebahagiaan melebihi bahagia ku saat bersamanya dan diberikan pengganti yang jauh lebih baik darinya. Aku yakin itu, karena Allah sangat sayang sama kalian.
Pagi itu, seketika dada ku terasa sangat sesak dan panas sekali, setelah membaca pesan singkat darimu. Berkali – kali ku amati pesan singkat itu dan sesekali membuka mata lebar-lebar. “Inikah pesan singkat dari nya, yang sudah beberapa hari ini memang tidak saya hubungi?”. Apakah ini memang kehendakMu Ya Rabb, baru saja aku rasakan kehangatan dan kenyamanan saat berada di sisi nya dan sekarang dirinya sudah pergi jauh, ya tidak sejauh dunia dan kematian. Tetapi aku menganggap nya dia sudah pergi sejauh itu. Pelupukku mulai panas dan tak kuasa menahan air mata, hingga akhirnya “nyess” terasa sekali butiran butiran air mengalir di pipiku dan pertahananku lumpuh juga. Hey, kau? Apakah kau tau, seketika badanku dingin dan lemas. Ah, tidak perlu kau mengetahuinya, toh sekarang kau sudah tidak akan pernah menerima aku.
Aku masih ingat, ketika kata demi kata kita rangkai menjadi sebuah mimpi yang indah sekali bahkan menjadi semnagatku untuk terus berada di sampingmu.
“Nanti kalau kita punya rumah, kamar kita mau mas kasih warna senja.” Katamu seraya meneguk teh manis.
“Kenapa? Kok senja?” kataku.
“Kan kamu suka sekali dengan senja nduk J.” Sembari tersenyum dan memegang erat jemariku. Entah sampai sekarang aku masih membayangkan senyumannya, hangat sekali. Ya aku suka cara senyuman nya dan keberadaannya di sampingku, nyaman sekali (aku rindu).
Mungkin saat ini aku masih saja memikirkanmu, bahkan masih saja menyelipkan namamu di setiap doa ku. Tapi selalu saja, ketika aku berupaya untuk melupakanmu, kenangan itu terus menghampirinya dan bahkan sangat tajam sekali, hingga aku meneteskan air mata ini berkali kali. Bodoh ya aku, mengaharapkanmu (lagi) padahal jelas jelas kamu sudah tidak mau berurusan dengan ku lagi dan tidak mau tau tentang diriku lagi. Sampai saat ini.
Oh ya, kemarin entah dari mulut siapa aku mendengarkan bahwa kamu sudah memiliki yang baru. Semoga, itu hanya teman dekatmu. Aku tidak mau berasumsi bahwa itu kekasihmu yang baru. Tidak tidak, karena aku tidak mau kata kata itu menyakitiku lagi. Meski sudah ku ikhlaskan, tapi masih saja melewati pikiran ku.
Hey rindu, tetaplah di sini bahkan sampai nanti. Aku akan tetap setia menantimu, menerimamu. Karena kau akan tau, hanya aku tempatmu pulang saat kau mulai lelah dengan rutinitasmu dan aku akan selalu menyediakan teh yang tidak terlalu manis untukmu. Dan aku tidak akan membiarkan kaca mata mu masih terpasang saat kau tertidur apalagi jam tangan yang selalu terikat di tanganmu.
Untukmu yang bermimpi untuk memiliki rumah dengan ku tidak luas tetapi penuh makna
Dengan kamar kecil untuk perpustkaan dan kamar kecil untuk mengajar
Apalagi dengan dekoran kamar kita nanti “Senja”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar